Kamis, 31 Maret 2011

KARENA SURGA DI BAWAH TELAPAK KAKI BUNDA

KISAH NYATA SEORANG PEMUDA..

Seorang pemuda yang merindu bunda..
Mencari sesuap nasi Melanglang buana..
Rela berhijrah dari kota satu ke kota lainya..
Tuk bahagaiakan ayah, ibu dan sanak saudara..

Sekian lama tlah tak bersua..
Selepas berpisah nun jauh di negri sana..
Teringat wajah tulus bunda..
Ketika asyik menggiring bulatnya bola..
Pekikan hati memecah telinga..
Bak bom atom Herosima di negri Sakura..
Memaksa dia....
Tuk gerakkan kaki menuju bunda..

Perjalanan pun di mulai segera..
Dari kota Pariwisata menuju kota jasa..
Dengan taxi beberapa penumpang di dalamnya..
Sepanjang perjalanan di lalui denga kerinduan yang menggelora..
Wajah bunda yang begitu dekat di mata..
Teringat banyak kisah, sedih dan bahagia..
Duka dan tawa...
Saat-saat bunda memeluk dengan cinta..
Saat-saat bunda tersenyum dengan tulusnya..
Semua hanya untuknya...
Sang pemuda..

Tanpa terasa gerbang Kota tujuan sudah di hadapanya..
Tapi taxi musti mengantar penumpang ke bandara..
Kemudian baru tiba saatnya..
Mengantar dirinya..
Rasa rindu kian membara..
Wajah bunda makin dekat di pelupuk mata..

Tepat di jalan A Yani dua..
Ternyata Allah berkehendak beda..
Musibah mendera..
Menimpa taxi dan seluruh isinya..
Sang pemuda...
Beberapa hari koma..
Di pembaringan yang tidak pernah di bayangkanya..
Di temani bunda yang tak henti dari tangisnya..
Dan sanak saudara yang tak putus dengan doa2nya..

Sampai pada akhirnya...

Sang pemuda meregang nyawa...
Sebelum sempat menatap wajah bunda..
Sebelum sempat menumpahkan tangis kerinduanya..
Sebelum sempat memeluk erat makhluk tercinta..
Semua tinggal harapan dan kenangan saja..
Rasa cinta moga menghantarkan nya ke surga..
Rasa rindu moga membawanya pada kasih-Nya..
KARENA SURGA...
DI BAWAH TELAPAK KAKI BUNDA..

Jumat, 18 Maret 2011

Semua Ingin Jadi Pahlawan

Semua Ingin Jadi Pahlawan

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai perjuangan para pahlawannya. Kalimat bijak di atas sudah sering kita dengar dan bahkan sejak kita masih di bangku sekolah dasar. Meskipun hari ini di sadari atau tidak telah terjadi degradasi nilai penghargaan pada perjuangan pahlawan di hampir seluruh lapisan masyarakat dan pemerintahan. Indikator sederhana yang dapat dilihat adalah masih rendahnya semangat membangun, berkontribusi maupun berafiliasi terhadap proyek-proyek pembangunan umat di negeri tercinta Indonesia. Bahkan tragisnya justru ada segelintir maupun segolongan manusia Indonesia yang justru menghianati dan mencederai nilai-nilai perjuangan para pahlawan Indonesia dengan ”berbangga” diri menjadi koruptor dan predator di tengah kesulitan yang kian menghimpit negeri ini.
Pada moment Hari Pahlawan Nasional kali ini tidak ada salahnya jika kita sedikit membuka lembaran sejarah kepahlawanan yang kian makin sedikit jadi perbincangan dalam kehidupan. Menurut kamus populer bahasa Indonesia, pahlawan berarti pejuang bangsa, negara atau agama. Untuk menyematkan lebel pahlawan pada seseorang tentunya harus memiliki atau memenuhi beberapa kriteria yang telah disepakati bersama. Namun demikian kiranya penting kita sedaikit beropini tentang kepahlawanan. Sehingga akan kita dapati beberapa definisi pahlawan dengan cara pandang kita, dan minimal akan membuka cara pandang kita terhadap pahlawan itu sendiri.
Dari bahasa kamus, kita dapati kata pejuang di sana. Sebuah kata yang begitu syarat akan makna. Pejuang adalah orang yang mampu menjunjung tinggi nilai-nilai perjuangan itu sendiri. Sedang nilai perjuangan sangatlah mahal. Banyak yang mesti di korbankan. Barangkali jika negeri ini membuat catatan perjuangan, nyawa yang mesti di korbankan untuk sebuah nilai perjuangan sudah tak terhitung lagi sejak masa penjajahan hingga sekarang.
Nilai sebuah perjuangan begitu indah hingga mereka begitu mencintainya. Nilai perjuangan itu begitu luhur hingga mereka siap membelanya. Nilai perjuangan itu begitu suci hingga mereka siap menjaga dengan sepenuh hati dan nilai perjuangan itu begitu tinggi hingga mereka berani menjunjungnya. Meski tidak sedikit yang harus dijadikan mahar perjuangan. Bukan lagi waktu dan materi, tetapi jiwa dan raga sepenuhnya di persembahkan demi sebuah nilai yang di junjung tinggi.
Makam pahlawan, monumen juang, sederet foto pahlawan di musium daerah dan lembaran-lembaran naskah hanya bagian yang sangat kecil dan sedikit untuk mendeskripsikan secara luas nilai perjuangan. Bahkan sangat tidak representatif. Tetapi dapat kita rasakan hasil sebuah perjuangan hingga negeri ini menuju gerbang kemerdekaan yang di cita-citakan.
Nilai perjuangan adalah ruh yang mengobarkan semangat juang. Nilai perjuangan adalah jiwa yang mendorong keberanian. Nilai perjuangan adalah keyakinan yang memberangus ketakutan. Nilai perjuangan adalah ketakwaan yang melahirkan pengorbanan dan nilai perjuangan adalah prinsip yang mampu melahirkan perubahan kongkrit dan nyata yang dapat dirasakan oleh segenap penduduk negeri ini.
Meski untuk saat ini bentuk-bentuk keheroikan perjuangan tidak perlu di tampilkan oleh pemimpin masa kini dengan memanggul senjata melawan penjajah seperti pada masa penjajahan. Namun keheroikan pemimimpin hari ini dapat di aktualisasikan dalam bentuk pengorbanannya membela hak-hak dan kepentingan rakyat ataupun bangsa dan negara secara luas. Sehingga kesejahteraan masyarakat dapat dirasakan secara merata di negeri ini, negara menjadi tertib dan aman, bersih dan bermartabat dan diperhitungkan oleh negara lain dalam segala aspek.
Menyandang gelar pahlawan bukan hal yang mudah meski realitanya tidak sedikit yang mengaku-ngaku jadi pahlawan dan bahkan sok jadi pahlawan di negeri ini. Memanfaatkan jabatan dengan menghambur-hamburkan uang negara untuk kepentingan ambisi pribadi dan mempertahankan posisi. Membohongi rakyat dengan propaganda wacana dengan memutar balikan fakta untuk mencari simpati dan dukungan rakyat, atau mengelabui rakyat dengan program-program yang berkedok pelayanan publik dengan memark-up anggaran yang menelan miliaran rupiah untuk masuk kantong sendiri dan kroni-kroninya. Ada juga yang jadi pahlawan musiman, membela rakyat kalau lagi musim kampanye tiba, berbaik hati memberikan sembako atau kebutuhan hidup masyarakat agar mendapat simpati dari masyarakat, dan banyak lagi cara dan trik dari oknum pahlawan-pahlawan kesiangan di negeri ini yang bertopeng pejuang.
Kasus dan issu terbaru yang masih hangat dan masyarakat Indonesia setiap saat juga menyaksikan perkembangannya di barbagai media. Polemik lembaga penegak hukum negara POLRI, Kejaksaan Agung dan KPK yang hingga kini juga belum ada kejelasan yang menentramkan hati rakyat Indonesia. Semua ingin jadi pahlawan. Merasa paling benar dengan berbagai rasionalisasinya masing-masing. Lebih tragis lagi ada oknum dewan RI Komisi III yang juga pingin jadi pahlawan kesiangan. Padahal rakyat indonesia tidak ”sebodoh” seperti yang ”mereka” pikirkan. Bahkan dalam dialog interaktif lewat telepon pada salah satu TV swasta ada statemen masyarakat yang intinya ” hanya orang gila yang tidak mengerti permasalahan pada tiga lembaga tersebut”. Masyarakat Idonesia sudah cukup cerdas untuk membaca siapa pahlawan sesungguhnya dalam polemik tersebut. Semakin banyak yang diungkapkan sebagai pembelaan, justru semakin membuka lebar ”borok” di tubuh lembaga yang bersangkutan dan bahkan semakin menambah kebencian rakyat yang tak terbendung. Lihat saja bagaimana reaksi dari masyarakat di berbagai pelosok negeri.
Ada istilah yang menarik disampaikan pakar komunikasi Effendi Ghazali, yaitu ”Super Anggodo”. Istilah untuk mendeskripsikan kelicikan Anggodo yang mampu merekyasa skenario ”drama” tingkat nasonal, yang kemudian menyeret beberapa nama bahkan presiden SBY dan membuat lembaga penegak hukum hampir kehilangan ”harga diri” dan ”kewibawaan” di mata rakyat Indonesia. Nama Anggodo menjadi begitu tenar dan mendadak terkenal. Terkenal bukan karena heroiknya membela negara, namun karena tindakanya menjadi pahlawan kesiangan yang memporak-porandakan negara. Meskipun saya meyakini ini masih ”kulit permsalahan”, masih ada konspirasi sistematis yang lebih besar di balik sederetan permasalahan yang terungkap di media. Konspirasi yang berusaha mempertahankn ”eksistensi dan posisi”. Ya, mungkin agar tetap dianggap sebagai pahlawan.
Namun setiap kita mesti jadi pahlawan. Pahlawan dalam arti yang lebih luas, yaitu orang yang selalu berpegang teguh pada nilai-nilai perjuangan, sehingga dengan segala yang kita miliki kita dapat berkontribusi dan berafiliasi mempersembahkan yang terbaik untuk negeri yang kita cintai. Kita dapat tetap berkarya dalam segala hal sesuai dengan bidang, peran, kapabilitas dan kompetensi kita masing-masing sebagai warga negara. Gelar pahlawan tidak begitu penting bagi kita dan mungkin harapan yang sama dari para pejuang nasional yang telah mendahului kita. Karena yang lebih penting adalah perjuangan untuk memberikan solusi perubahan yang nyata atas sagala permasalahan bangsa, bukan sekedar pengkultusan para pahlawan tapi kering dalam melanjutkan perjuangan.

Imam Wahyudi
Penulis adalah Ka. Dep KP KAMMI Daerah Kalbar



(catatan: di tulis saat masi aktif di KAMMI)

APAKAH AKU MAHASISWA

APAKAH AKU MAHASISWA
Oleh Imam Wahyudi

“Sejak dulu hingga sekarang,pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya.Dalam setiap pemikiran, pemuda adalah pengibar panji-panjinya” (Hasan Al-Banna)

“Berikan saya Sepuluh Orang Pemuda, maka akan saya gemparkan dunia” (Soekarno)


Siapa Mahasiswa
Sebagian orang menyandang gelar mahasiswa adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Mahasiswa merupakan komponen masyarakat yanng unik dan memiliki banyak potensi, kretifitas, semangat, intelektual, kecerdasa dan keberanian. Namun apakah setiap mahasiswa tahu dan kenal siapa dirinya? Barangkali kita perlu sedikit berwacana tentang mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa terjebak pada paradigma yang salah memandang arti mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa yang terjebak dalam devinisi yang salah, karena pemikiran sempit memandang arti kata mahasiswa, akan mencari-cari berbagai alasan dengan beraneka ragam apologi untuk menghindar dari aktivitas di luar studinya, misal saja berorganisasi atau bergabung dalam gerakan mahasiswa.
Devinisi paling sederhana tentang mahasiswa, secara terminologi barangkali adalah mahasiswa merupakan sebutan untuk setiap orang yang sedang mengikuti pendidikan jenjang perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri.
Padahal secara epistimologi, devinisi mahasiswa tidak sesempit itu. Mustofa Kamal, dalam (Risalah Pergerakan Islam), mengatakan mahasiswa adalah bagian dari pemuda yang memiliki kemampuan, tekad dan kesabaran dalam menghadapi tantangan. Mahasiswa adalah kelompok yang mau belajar dan menghasilkan pemikiran dan pembaharuan. Mahasiswa juga adalah kelompok yang memiliki iman yang direalisasikan dalam kerja yang dinamis, sehingga banyak kepeloporan yang muncul dari kelompok ini. Mahasiswa adalah kelompok yang bersifat obyektif dan cenderung jauh dari keingingan memecah belah. Mahasiswa adalah kelompok yang senang bekerja dan tidak mengambil pamrih dari pekerjaan mereka tersebut. Mahasiswa adalah kelompok yang sangat memungkinkan untuk mengoptimalkan potensi pria dan wanita sekaligus, dan membangun kerja yang sinergi antar keduanya. Mahasiswa adalah kelompok yang merencanakan, bekerja dan mengevaluasi kerja secara musyawarah dan membenci setiap sikap kediktatoran dalam bekerja. Mahasiswa adalah kelompok yang sangat memungkinkan untuk bekerja sama dalam lingkup internasional secara tulus, tanpa membedakan latar belakang daerah, negara, ras atau bahasa.

Peran Mahasiswa
Mahasiswa memiliki minimal tiga peran strategis.
1. Peran Akademis
Peran akademis mahasiswa merupan kewajiban mahasiswa terhadap studinya. Sebagai Iron Stock Negara, mahasiswa ditutut untuk mempersiapkan banyak perbekalan untuk menyongsong masa depan dan menggantikan pelaku-pelaku zaman dalam segala sector, pemerintahan maupun swasta. Peran akademis berupaya mempersiapkan pembentukan pemahaman mahasiswa terhadap ilmu maupun sains. Harapannya dengan bekal ini, mahasiswa memiliki tanggungjawab secara intelektual untuk dapat dan mampu memberikan solusi yang terbaik terhadap segala permasalahannya sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa.
2. Peran Sosial
“Mahasiswa adalah mata masyarakat, lidah masyarakat dan tangan masyarakat. Mahasiswa adalah perwakilan masyarakat yang paling sejati”. Pernyataan masyarakat tentang mahasiswa tersebut di atas menngambarkan pengharapan yang begitu besar kepada mahasiswa dalam upaya memperjuangkan kentingan-kepentingan rakyat. Tidak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah menjadikan rakyat sebagai mesin eksploisator negara. Bahkan yang sering terjadi adalah fenomena masyarakat sebagai kelinci percobaan bagi pemerintah. Dalam banyak hal masyarakat sering diposisikan dalam kondisi yang sangat sulit dan dilematis. Maka mahasiswa memiliki tanggungjawab secara moral maupun intelektual untuk melayani masyarakat. Barangkali hal ini yang memposisikan mahasiswa sebagai social control dalam kehidupan masyarakat.
3. Peran Politik
Barangkali kita sering mendengar bahwa mahasiswa merupakan balancing power pemerintahan. Mahasiswa memiliki kedudukan yang sangat setrategis. Posisi middle class memungkinkan mahasiswa dapat bergerak bebas, ke bawah dengan lapisan masyarakat, ke atas dengan penguasa. Peran ini yang mampu membuka dengan lebar dan jelas tentang makna hak dan kewajiban. Masyarakat menuntut hak, dan pemerintah menuntut kewajiban. Dalam dunia demokratis, maka hak dan kewajiban harus dijalankan secara adil dan bijaksana, oleh siapapun. Ketika hak-hak rakyat sudah tidak lagi menjadi sesuatu yang diprioritaskan oleh pemerintah, maka yang terjadi adalah rakyat dalam kondisi yang sulit, baik sadar maupun tidak. Maka mahasiswa dengan peran politiknya menjadi penyambung aspirasi rakyat untuk menyuarakan kentingan-kepentingan rakyat yang sudah tidak lagi diperhatikan.
Peran politik mahasiswa juga berjuang untuk memberikan kesadaran dan pemahaman kepada masyarakat akan hak-hak mereka, dengan memberikan pencerdasan politik. Sehingga mereka akan dapat mengkritisi segala ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah terkait dengan kebijakan-kebijakan yanng dibuat. Contoh paling sederhana di kehidupan kampus, ternyata masih ada mahasiswa yang tidak tau dan sebagian tidak mau tau akan hak-hak mereka sebagai mahasiswa. Terkadang kebijakan kampus yang kurang berpihak kepada mahasiswa, tidak direspon oleh mahasiswa dan bahkan acuh tak acuh. Padahal itu kepentingan mereka.

Ketiga peran mahasiswa di atas harus berjalan sinergis dan berkesinambungan. Artinya, mahasiswa harus memiliki kecerdasan intelektual dengan prestasi akademis yang bisa dibanggakan serta profesional dalam bidang keprofesiannya yang mampu menjawab segala permasalahan untuk membangun negeri ini. Dilain pihak mahasiswa juga dituntut memiliki kepekaan sosial yang tinggi untuk melayani masyarakat dengan segala permasalahan yang ada, dan yang terakhir mahasiswa juga harus memilliki kecerdasan politik yang mumpuni untuk bisa mengkritisi segala kebijakan pemerintah dan memberikan tawaran solusi yang bisa dipertanggungjawabkan kepada negeri ini.


Gerakan Mahasiswa
Aksi mahasiswa muncul dilatarbelakangi adanya kesadaran bahwa mahasiswa tidak akan dapat mewujudkan cita-cita atau perubahan besar pada negeri ini tanpa adanya sikap pejuangan atau gerakan mahasiswa. Menurut Mustofa Kamal dalam Risalah pergerakan Islam, gerakan mahasiswa lahir dari kondisi yang dihadapi masyarakat yang dipandang tidak sesuai dengan cita-cita negara dan harapan masyarakat. Gerakan mahasiswa merespon berbagai situasi dan kondisi tersebut atas dasar kesadaran moral, tanggung jawab intelektual dan pengabdian sosial. Situasi global, sering menjadi faktor yang memicu dan mematanngkan kekuatan aksi mahasiswa. Gerakan mahasiswa muncul sebagai pelopor dari aksi perlawanan yang memicu tampilnya dukungan serta aksi-aksi sejenis dari unsur-unsur kekuatan aksi mahasiswa. Model gerakan mahasiswa-khususnya yang terorganisir dan radikal- umumnya diilhami atau dilandasi oleh ideologi atau keyakinan terhadap sistem nilai tertentu. Ideologi yang dianut biasanya antitesa dari ideologi kemapanan yang dianut Negara. Dalam eskalasi gerakan, kekuatan mahasiswa akhirnya harus beraliansi dengan unsur-unsur kekuatan lain, hingga tujuan perjuangannya tercapai.
Sangat jelas sekali bahwa untuk tujuan dan cita-cita perubahan besar, maka di butuhkan energi yang besar pula. Maka gerakan mahasiswa merupakan langkah alternatif yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan cita-cita besar. Bentuk Implementasi gerakan mahsiswa sanagat beranekaragam, yang paling umum adalah dalam bentuk aksi-aksi. Mulai dari aksi media, aksi penggalangan dana atau aksi sosial, aksi dialogis atau aksi negosiasi, aksi masa yang sering disebut demonstrasi dan aksi-aksi lainnya.
Sangat naif sekali ketika hari ini kita jumpai adanya mahasiswa yang fobia untuk ikut aksi. Padahal secara filosofis, aksi merupakan bentuk perjuangan mahasiswa yang sangat strategis dalam upaya “membangunkan” dan “mengingatkan” penguasa yang sudah tidak lagi berpihak kepada kepentingan rakyat.

Organisasi Mahasiswa
Menurut Drs. EK Imam Munawir, organisasi merupakan kerja sama di antara beberapa orang untuk mencapai suatu tujuan (bersama) dengan mengadakan pembagian dan peraturan kerja. Untuk tujuan dan cita-cita perubahan besar, maka mahasiswa tidak cukup hanya kenal dirinya, punya keiginan untuk bergerak. Namun mahasiswa perlu wadah untuk memperjuangkan itu semua. Tujuannya agar gerakan mahasiswa lebih sistematis, terarah dan punya kekuatan yang lebih besar dan memperjuangkan kepantingan rakyat. Wadah perjuangan mahasiswa sering kita dengar dengan dua pembagian, internal kampus yang umumnya dalam bentuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa (HIMA) maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Sedangkan eksternal kampus pada umum dapat berbentuk Organisasi Masa (Ormas), Organisasi Kepemudaan (OKP), Non Governtment Organisation (NGO) ataupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Akhir-akhir ini sering kita menjumpai mahasiswa yang fobia dengan organisasi mahasiswa. Tidak tahu apakah fobia beberapa mahasiswa terhadap organisasi mahasiswa dikarenakan efek getar dari NKK/BKK yang pernah di gulirkan oleh Rezim Orde Baru pada tahun 1978, atau karena memang sikap apatis mahasiswa terhadap segala hal di luar studinya. Namun yang jelas pasca pemberlakuan NKK/BKK melahirkan generasi-generasi Student Pragmatise, baik secara individu maupun gerakan mahasiswa. Sebuah fenomena misalnya mau bergerak karena ada kepentingan pribadi, takut berorganisasi, tidak mau ambil pusing dengan dinamika dan permasalahan kampus dan masyarakat, kuliah untuk cari nilai, menjadi penjilat dosen, birokrat kampus maupun instansi pemerintahan dan masih banyak lagi fenomena-fenomena student pragmatise yang terjadi saat ini. Beberapa mahasiswa menjadi begitu egois dan apatis terhadap kepentingan rakyat dan sangat peduli bahkan berlebih-lebihan trehadap kepentingannya sendiri.

Sejarah Aksi Mahasiswa Pasca Kemerdekaan
Dalam catatan sejarah perjuangan Indonesia, kontribusi mahasiswa terhadap perubahan bangsa dalam merespon permasalahanmasyarakat bukan hal yang baru. Hal ini dapat kita lihat dari rentetan beberapa aksi yang telah dilakukan oleh mahasiswa.

1. Angkatan ’66 menumbangkan Orde Lama.
Menurut Karim (1997, hal 96), pada tahun-tahun 1965-1966 mahasiswa dengan heroiknya menentanng kebijakan-kebijakan Soekarno yang dirasa akan bedampak buruk terhadap masyarakat. Maka bersama ABRI dan masyarakat, mahasiswa bekerjasama menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI). Aksi mahsiswa 66 menjadi aksi yang sangat fenomenal pasca kemerdekaan. Dengan Tritura, mahasiswa mendapat dukungan masyarakat luas. Perjuangan mahasiswa berakhir dengan lengsernya kekuasaan Orde Lama.
2. Angkatan ’74 peristiwa Malapetaka Lima belas Januari (MALARI)
Peristiwa MALARI adalah aksi massa yang di gelar untuk menolak kedatangan Perdana Mentri Jepang, Kakuei Tanaka. Mahasiswa sangat sadar akan pengaruh Jepang dibidang ekonomi yang harus dibatasi. Investasi yang berlebihan akan memposisikan bangsa Indonesia sebagai budak ekonomi negara lain.
3. Angkatan ’78 melakukan koreksi terhadap Orde Baru.
Aksi 1978 merupakan aksi perdana pada masa pemerrintahan Orde Baru yang menuntut mundurnya Soeharto dari jabatan Presiden. Aksi mahasiswa masa itu merupakan gerakan paling berani dan keras dalam periode awal. Aksi mahasiswa di jawab dengan pendudukan kampus oleh militer. Para pimpinan mahasiswa ditangkap dan diadili. Tidak hanya itu, gerakan mahasiswa di hadiahi penguasa Orde Baru dengan SK Kobkamtib No. Skep 02/Kopkam/1978 dan SK Menteri P dan K RI No. 0156/U/78 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Tujuannya tidak lain adalah untuk mematikan aktivitas politik mahasiswa. Mahasiswa dituduh berpolitik praktis oleh pemerintah Orde Baru.
NKK/BKK ternyata cukup efektif dalam mematikan aktivitas politik dan sosial mahasiswa. Mahasiswa disibukkan dengan akademisnya, sehinnnga tidak ada aktivitas politik dan menjadikan mahasiswa makin terpisah dari masyarakat.
4. Angkatan ’98 mempelopori Reformasi sehingga melengserkan Orde Baru
Sistem politik Orde Baru yang diktator dan otoriter yang dibangun selama 32 tahun, ternyata menciptakan kondisi yang sangat menyulitkan rakyat Krisis ekonomi yang mencekik dan menyengsarakan masyarakat. Rakyat di bodohi dengan kenikmatan yang semu. Rakyat ”diteduhi” dengan korupsi kolusi dan nepotisme yang semakin menggila. Aksi Reformasi 1998 membuka topeng Orde Baru hingga kelihatan dengan jelas kebohongan yang nyata para penguasa. Rakyat baru tersadar dari tidur panjangnya. Rakyat menjerit karena kian tercekik, maka mahasiswa hadir sebagai garda pendobrak rezim tirani. Besama-sama rakyat, mahasiswa menuntut Soeharto mundur.
Perjuangan mahasiswa dalam menuntut kemunduran Soeharto dihadapkan dengan kekuatan militer. Dengan persenjataan lengkap, militer menghadapi aksi mahasiswa. Tak dapat dipungkiri lagi, pada tanggal 17 Mei 1998 empat aktivis mahasiswa Trisakti harus kehilangan nyawa di ujung peluru militer. Namun Tragedi Trisakti harus di bayar mahal oleh rezim Soeharto sang diktator. Pada Kamis 21 Mei 1998 pukul 09.05 di Istana Merdeka, ia menyatakan mundur dari jabatan sebagai Presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada Prof. Dr. Inng. B.J. Habibie.
Lengsernnya Soeharto meninggalkan ”bingkisan“ untuk bangsa ini berupa krisis ekonomi, sosial, politik, hukum dan krisis moral yang begitu hebat, yang kemudian dikenal sebagai krisis Multidimensial. Negara dalam kebobrokan dan kerusakan yang berat pada masa itu.
Aksi Reformasi melahirkan enam visi Reformasi yaitu :
1. Penegakan supremasi hukum dengan jalan pengadilan terhadap Soeharto
2. Hapus Dwi Fungsi ABRI/TNI
3. Amandemen UUD 1945
4. Otonomi daerah seluas-luasnya
5. Penegakkan budaya demokrasi rasional
6. Pertanggungjawaban Orde Baru
Sampai hari ini mahasiswa tetap melakukan pengawalan dan evaluasi terhadap amanat Visi Reformasi kepada pemerintah. Meski sebagian agenda reformasi telah dapat direalisasikan, namun masih ada beberapa agenda yang tetap harus diperjuangkan dan dikawal ketat oleh mahasiswa, seperti penegakkan supremasi hukum, dalam hal ini kasus korupsi menjadi topik utama hingga sekarang. Korupsi telah mampu membuat negara ini bangkrut. Dampaknya dengan dalih APBN akan koleb, pemerintah dengan bangga mencabut subsidi BBN untuk menutupi keminiman APBN. Selain penegakkan hukum, penegakkan budaya demokrasi rasional juga menjadi isu yang masih harus dikontrol, yang saat ini dalam implementasinya terjadi pembiasan makna. Sebagian dari kita beranggapan demokrasi adalah kebebasan yang sebebas-bebasnya, sehingga tidak lagi memperhatikan undang-undang dan nilai-nilai, baik nilai moral maupun nilai agama.
Sejatinya, demokrasi memberikan peluang yang seluas-luasnya pada masyarakat untuk memberikan suaranya sesuai dengan hati nurani dan tanpa ada tekanan dari pihak manapun terhadap pemimpin yang akan duduk di kursi pemerintahan. Selain itu demokrasi juga memungkinkan rakyat untuk dapat memantau dan mengkritisi penguasa agar pemimpin yang duduk di pemerintahan tidak ”bernepotisme ria”, yang hanya memilih keluarganya sendiri untuk menjadi bawahannya.

Moment di Bulan Mei

1. Tanggal 1 Mei Hari Buruh
Mahasiswa bersama massa buruh pada tanggal 1tidak pernah absen dari aksi massa. Biasannya tuntutannya adalah kenaikan upah buruh dan kesejahteraan buruh.
2. Tanggal 2 Mei Hari Pedidikan Naional
Mahasiswa dari Perguruan Tinggi yang basicnya pendidikan tidak pernah melupakan moment HARDIKNAS. Aksi masa digelar untuk menuntut perbaikan pendidikan bangsa, yang murah, merata dan menjangkau keseluruh lapisan masyarakat.
3. Tanggal 17 Mei Tragedi Tri Sakti
Aksi Tragedi Trisakti sebagai moment bagi mahasiswa untuk mengenang semangat juang teman-teman yang telah menjadi koban rezim Orde Baru dan telah rela mengorbankan nyawa berjuang untuk rakyat.
4. Tanggal 20 Mei Hari Kebangkita Nasional
Mahasiswa memanfaatkan moment Hari Kebangkitan Nasional sebagai sarana evaluasi terhadap perjalanan kaum muda membawa perubahan bangsa. Telah banyak yang dilakukan oleh kaum muda dan mahasiswa dalam upaya membangun bangsa.
5. Tanggal 21 Mei Hari Reformasi
Tanggal 21 Mei merupakan hari Reformasi, dimana pada waktu itu Rezim Orde Baru runtuh dengan segala kediktatorannya. Kekuatan mahasiswa yang bersama-sama masyarakat menuntut adanya perubahan yang menyeluruh pada aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, hukum, sosial maupun pendidikan. Rakyat sadar telah dibohongi oleh pemerintahan Soeharto. Aksi masa bukan hanya terjadi pada kampus-kampus besar di Jakarta, namun seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia. Aksi pada tanggal 21 juga menjadi aksi evaluasi mahasiswa kepada pemerintah terhadap realisasi amanat Visi Reformasi.
Tahun 2008 merupakan satu dasawarsa Hari Reformasi. Sepuluh tahun sudah Reformasi bergulir di negeri ini. Akan tetapai kenyataannya pemerintah gagal menjalankan amanat visi Reformasi. Permasalahan bangsa kian menggunung dan rakyat makin tercekik. Hal yang paling fenomenal adalah pemerintahan SBY-JK menaikan harga BBM pada tanggal 24 Mei 2008 terhitung pukul 00.00 wib, sebesar 28,7%. Harga bensin dari Rp.4.500 menjadi Rp.6.000. Ini adalah kali ketiga pemerintah SBY-JK menaikkan harga BBM selama pemerintahan. Alasan pemerintah karena APBN akan bangkrut jika harus mensubsidi BBM sebesar 125 Triliun. Padahal pemerintah memilih menggunakan APBN untuk membayar utang obligasi perbankan, yang telah dihabiskan oleh “konglomerat hitam”, ketimbang mensubsidi BBM yang menjadi kebutuhan sentral rakyat.
Kebijakan pemerintah ini direspon dengan aksi mahasiswa di seluruh Indonesia. Mahasiswa beranggapan, menaikkan harga BBM akan semakin menyengsarakan rakyat, karena dampaknya adalah kenaikan sembako dan bahan-bahan pokok lainnya. Dibeberapa daerah mahasiswa terlibat bentrok dengan aparat kepolisian.

Mei Bulan Aksi Mahasiswa Nasional
Dengan melihat beberapa fenomena aksi yang dilakukan oleh mahasiswa di bulan Mei, barangkali kita semua sepakat jika bulan Mei menjadi Bulan Aksi Mahasiswa Nasional. Bukan berarti di waktu yang lain mahasiswa dilarang aksi. Karena aksi mahasiswa tidak akan pernah berhenti selama masih ada kedzoliman dan penindasan terhadap kepentingan dan hak rakyat dari penguasa. Namun setidaknya mahasiswa dapat mengambil semangat juang setiap aksi pada bulan Mei.

Apakah Aku Mahasiswa
Setelah kita jauh berkelana ke dunia mahasiswa dengan menyusuri sedikit kilas balik sejarah perjuangan mahasiswa, seharusnya akan ada pertanyaan besar dalam benak kita dan hati kecil yang paling dalam. Sejauh mana kita hari ini mengenal dan memahami diri kita ? Bagaimana akademis kita ? Apa yang sudah kita lakukan dan berikan untuk diri, keluarga, masyarakat dan negara ini ? Kontribusi riil apa yang akan dan sudah kita persembahkan untuk perbaikan bangsa ? Atau, malah hari ini kita sudah merasa cukup hanya dengan membanggakan diri ketika bergelar mahasiswa, lantas selanjutnya berdiam diri ? Layakkah kita disebut mahasiswa ? Mari kita jawab dengan jujur dan berani !!!

Kepada para mahasiswa
Yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan
Di persimpangan jalan

Kepada pewaris peradaban
Yang telah menorehkan
Sebuah catatan kebanggaan
Di lembar sejarah manusia

Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta...............

”Kita bukan lagi siswa, tapi kita adalah Mahasiswa. Tanggungjawab kita terhadap negeri ini sangatlah besar. Sangatlah naif jika kita tidak kenal diri dan tanggungjawab kita. Amanat Reformasi harus teta pkita perjuangkan, hingga kesejahteraan rakyat dapat dirasakan. Perjuangan Mahasiswa tak kenal henti. Hingga hidup mulia atau mati sejati. Meski tak kan pernah tahu hingga kapan cita kan menjadi bukti. Namun semangat, keberannian dan cinta menjadi kekuatan yang tak kan tertandingi. Hidup Mahasiswa!!!!!“

(catatan: di tulis saat masih aktif di BEM FKIP)

Bensin dan Ruhaniyah Seorang Da'i

Bensin dan Ruhaniyah Seorang Da'i
Imam Wahyudi

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Ihkwah fillah di bumi Allah, para perindu syahid dan yang dirindukan-Nya….
Bensin, kita kenal sebagai salah satu bahan bakar minyak yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Keberadaannya sangat mempengaruhi stabilitas ekonomi dan politik negara ini. Naik turunya harga bensin serta ketersediannya juga menjadi perbincangan yang hangat di media setiap hari, bahkan hingga hari ini. Bahkan karenanya (bensin) juga, timbul gejolak nasional yang cukup merisaukan negeri ini, apalagi keberadaannya di jadikan komoiditas politik untuk mencari simpati rakyat dengan kebijakan menaik dan turunkan harganya.
Puluhan bahkan ratusan aksi, baik massa maupun media di gelar untuk mengkritisi kebijakan pemerintah atas harga bensin. Tapi yang terjadi justru pencekalan, intimidasi bahkan penangkapan denagn alasan yang tidak rasional. Wal hasil lagi-lagi rakyat yang jadi tumbal atas kepentingan segolongan manusia yang haus akan kekuasaan yang tidak bertanggungjawab. Ketika harga bensin naik, bukan saja hanya harga barang bahan pokok yang naik, tarif angkot dan tarif alat transportasi lain juga melonjak. Namun ketika harga bensin turun, pemerintah justru tidak mampu menjaga stabilitas harga nasional untuk dapat menurunkan harga-harga kebutuhan pokok. Dampaknya ya jelas, harga barang naik, daya beli rendah, tingkat konsumsi rendah, perusahaan melakukkan efisiensi produk dan tenaga kerja yang tak jarang berakhir dengan PHK, dan kemudian pengangguran meledak. “Miskin lagi..miskin lagi…. Rakyat lagi jadi korban. Kasihan ya rakyat………”
Saat ini kita tidak akan berbicara soal harga bensin lebih jauh, karena kita tidak sedang mengadvokasi suara rakyat yang menjerit dan menangis setiap hari karenanya. Akan tetapi kita berbicara soal bensin sebagai komoditas yang begitu vital dalam kehidupan kita, seakan-akan tanpa bensin dunia menjadi begitu gelap, hidup terasa hampa, rakyat jadi tersiksa dan kita di buat merana. “Waduh..mendramatisir bener yach….”. Ya, suka tidak suka, mau tidak mau, sadar atau tidak, bensin seperti “ruh” dalam kehidupan.
Namun lebih jauh kedepan kita akan berbicara soal amal yaumi. “Nggak nyambung bener ya. Cerita bensin kok jadi amal yaumi…”
Meski secara fisik kita tidak dapat menyamakan antara keduanya (bensin dan amal yaumi), akan tetapi analogi sederhana dari cerita tersebut di atas dapatlah kita korelasikan.
Kita adalah dai. Dan kita punya agenda-agenda dakwah yang sangat besar yang menuntut energi pikiran, ruh dan jasad yang tidak sedikit, punya stabilitas gerak dan kesinambungan langkah. Karena kita juga paham, taujih ustad syahid Hasan Albana akan hakikat dakwah. Jalannya yang panjang, penuh onak dan duri dan sedikit pendukung.
Dalam hal ini, ternyata kekuatan energi ruhiyah menjadi pondasi yang begitu mendasar dan sangat penting bagi aktivis dakwah. Tidak sedikit dari sahabat, bahkan nabi SAW sendiri menjadikan kekuatan energi ruhiyah sebagai penopang langka-langkah beliau. Sehingga hambatan-hambatan dakwah yang begitu menguras enegi seluruh potenis diri (ruh, jasad dan pikiran) dapat beliau redam dengan kesabaran, ketabahan, keteguhan dan keteladanan.
Layaklah seorang ulama DR. Abdulah Nashih Ulwan dalam bukunya Tarbiyah Ruhiyah mengatakan “Setelah Anda mengetahui hal ini, marilah Anda ikut saya ke tempat peristirahatan yang khusus. Apabila Anda meletakkan barang-barang bawaan Anda di tempat tersebut, maka Anda akan bernafas dengan nafas-nafas keimanan. Anda akan berbekal takwa. Diri Anda akan bersinar terang dengan cahaya ruhaniyah. Dan Anda akan menjadi insan yang shalih, mukmin dan bertakwa, muslim yang berwibawa dan orang yang mukhlis., bahkan jika Anda berjalan maka dalam jalan Anda akan ada ketenangan. Apabila Anda berbicara, maka dalam pembicaraan Anda pengaruh yang kuat. Apabila Anda berbuat, maka perbuatan Anda adalah qudwah. Apabila Anda muncul, maka raut muka Anda ada daya tarik tersendiri. Dan apabila Anda melihat, maka dalam penglihatan Anda ada cahaya terang.
Di tempat ini Anda akan menemukan proses tarbiyah dan mujahadah yang akan menjadi sumber inspirasi dan pendorong ruhiyah seorang da’iyah.
Bahkan tempat peristirahatan tadi akan menjadi penggerak utama baginya dalam memikul tanggung jawab. Ia akan menjadi pengemudi yang afdhal dalam menempuh perjalanan istiqamah. Dan menjadi pengingat dari kesalahan dan penyelewengan.
Apabila seorang dai tidak mempunyai petunjuk-petunjuk ruhiyah yang menyeluruh, maka hidupnya akan kosong dari kesan dan pengaruh. Ia akan jatuh dan sarang ujub, nifaq dan riya’. Ia akan terjerumus dalam lumpur ghurur, ananiyah (egoisme) dan sombong. Ia berjalan ke arah dakwah karena didorong kepentingan pribadi bukan karena Allah. Ia membangun kejayaan hanya untuk sendiri bukan untuk Islam dan beramal hanya untuk dunianya bukan untuk akhiratnya.”
Sangat gamblang beliau memaparkan akan pentingnya kekuatan energi ruhiyah bagi seorang dai serta bahaya yang akan timbul ketika dai tidak memilikinya. Untuk itu, sebagaimana bensin menjadi “ruh” atas roda kehidupan, maka kita punya “komoditas” penting yang sudah Allah SWT. siapkan untuk menopang langkah, gerak dan hidup kita. Sudah sangat tidak asing bagi kita yitu amal yaumi.
Ternyata, amal yaumi berbanding lurus dengan ruhiyah kita dan tentuya ruhiyah kita berbanding lurus dengan aktivitas dakwah kita. Hal ini sudah di contohkan oleh para sahabat yang memiliki sederetan amal yaumi yang dapat di banggakan. Ketika komoditas ini tidak dijaga, maka seperti bensin ia akan berpengaruh secara signifikan terhadap banyak sector dalam aktivitas seorang dai. Bahkan bukan hanya itu, akan timbul gejolak secara global bagi wajihah dan jamaah.
Ya, kita sering mendengar, bahkan seorang ulama lebih tegas dan khusus menulis dalam bukunya Yang Berguguran di Jalan Dakwah atau Runtuhya Dakwah di Tangan Dai. ”Hi….seram ya….”
Amal yaumi secara signifikan akan mampu membangkitkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. dan itulah puncak dari kekuatan energi ruhiyah. Ya ketaqwaan….
Sesungguhnya Alquran Al Karim dalam tinjauannya yang syamil terhadap alam raya, kehidupan, dan insan telah menjelaskan kepada kita manhaj amalyah dalam proses penyiapan ruh insan, pembentukan keimanannya dan tarbiyah kejiwaannya.
Allah berfirman dalam surat Al Anfal ayat 29:
“Hai orang –orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosamu). Dan Allah mempunyai karunia yang besar”.
Mari kita renungkan ayat-ayat di atas kira-kira apakah yang kita dapatkan ? Kita dapati bahwa takwa kepada Allah Azza Wa Jalla adalah kebajikan dan cahaya. Dengan takwa kepada Allah Azza Wa Jalla seorang mukmin bisa membedakan yang haq dan batil dengan jrni dan kejujuran.
Allah akan memberikan cahaya bagi orang yang bertakwa yang dengannya ia jalan di kalangan manusia kemudian mereka mengikuti petunjuknya dan bersinar dengannya. Akan menemukan jalan keluar meski banyak menemui kesulitan dan kendati banyak mengalami cobaan. Sayyid Qutb berkata dalam tafsirnya mengenai firman Allah dalam surat Al Anfal ayat 29:
“ Inilah bekal tersebut. Inilah bekal dalam mengarungi perjalanan yang panjang… Yaitu bekal takwa yang menghidupkan hati dan membangunkannya… Yaitu bekal cahaya yang memberi petunjuk bagi hati untuk membelah sudut-sudut jalan sepanjang penglihatan manusia. Cahaya ini tidak bisa ditipu oleh syubhat-syubhat yang mata biasa tidak bisa menembusnya. Itulah bekal ampunan bagi segala dosa. Bekal yang memberikan ketenteraman, kesejukan dan kemantapan. Dan bekal merenungi nikmat-nikmat Allah Yang Maha Agung di hari bekal-bekal tersebut dibutuhkan dan di hari amal perbuatan manusia berkurang…
Itulah hakikat sebenarnya: bahwa takwa kepada Allah itu menjadikan furqon dalam hati. Ia bisa membuka jalan-jalan yang bengkok. Tetapi hakikat ini sebagaimana seluruh hakikat aqidah tidak bisa diketahui kecuali oleh orang-orang yang benar-benar merasakannya!
Sesungguhnya perkara itu senantiasa semrawut tidak jelas dalam perasaan dan akal. Jalan-jalan itu senantiasa bercampur aduk dalam pandangan dan pikiran. Kebatilan itu selalu bercampur dengan kebenaran ketika meninggalkan jalan tersebut. Dan hujah pun tidak bisa memberikan kepuasan dan tidak berguna sama sekali bahkan hati dan akal pun tidak bergeming untuk menyambutnya. Debat menjadi sia-sia. Diskusi tidak memberikan hasil. Itu semua bagi orang yang tidak mempunyai sifat takwa. Takwa akan menyinari akal, menjelaskan yang haq, menyingkap jalan, menenteramkan hati, menenangkan ruhani, memantapkan langkah dan mengokohkan prinsip…!
Sesungguhnya al haq itu sendiri tidak menutup-nutupi fitrah, tetapi hawa nafsulah yang menolak al haq dan fitrah . Hawa nafsu itulah yang menyebarluaskan kelaliman, menghalang-halangi penglihatan dan membutakan jalan-jalan kebenaran serta merahasiakan petunjuk. Hawa nafsu itu tidak bisa hanya didorong dan didukung oleh hujjah tetapi ia hanya bisa digerakkan dan ditopang oleh takwa, rasa takut kepada Allah dan muraqabah Allah di saat sepi maupun ramai. Dengan sendirinya furqan itulah yang menyinari hati, menghilangkan kerancuan dan membelah jalan-jalan kebenaran..!
Apabila takwa mempunyai urgensi seperti di atas. Apakah takwa yang hakiki itu? Bagaimana bisa sampai ke arah tingkatan takwa?
Takwa adalah hasil yang pasti. Ia adalah buah nyata dari perasaan yang mempunyai keimanan yang dalam . Keimanan ini bersambung dengan muraqabah Allah Azza Wa Jalla, takut kepada-Nya dan takut akan marah dan siksaan-Nya dan senantiasa memohon ampunan-Nya dan pahala dari Allah. Atau takwa itu -sebagaimana dikatakan oleh ulama -adalah: “Menjauhi (takut) azab Allah dengan mengerjakan amalan yang shalih dan takut kepada-Nya di saat sepi dan ramai.”.
Berpijak dari sinilah Al Quran sangat memperhatikan fadhilah takwa. Hal ini bisa di jumpai dalam berbagai ayat – ayat yang bayyinah. Sehingga hampir-hampir orang yang membaca Al Qur’an belum sampai membaca satu halaman atau baru membaca beberapa ayat melainkan di situ ia mendapati kata takwa. Dari sinilah para sahabat dan salafush shalih serius memperhatikan takwa. Mereka benar-benar telah mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata, bersungguh-sungguh ingin mencapai derajat takwa dan meminta sifat takwa kepada Allah SWT.
Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Umar Al Faruq bertanya kepada Ubay bin Ka’ab mengenai apa itu takwa. Ubay bin Ka’ab menjawab: “Bukankah Anda pernah melewati jalan yang berduri?” Umar menjawab: “Ya benar”. Ubay berkata: “Itulah takwa”.

Atas dasar itulah , Sayyid Qutb berkata dalam tafsirnya “Fi Zilalil quran: “ Itulah takwa. (yaitu ) hati yang sensitif, perasaan yang jernih, ketakutan yang terus menerus (kepada Allah), kewaspadaan yang tidak henti-hentinya dan menjauhi duri-duri jalan. Yaitu jalan kehidupan yang senantiasa diliputi duri-duri jalan. Yaitu jalan kehidupan yang senantiasa diliputi pengharapan yang tak bermakna dan syahwat. Duri-duri ketamakan dan ambisi. Duri-duri ketakutan dan kecemasan. Duri-duri takut terhadap sesuatu yang tidak mempunyai manfaat maupun mudarat. Dan berpuluh-puluh duri-duri yang lain.
Itulah kelebihan dan pengaruh takwa. Takwa adalah sumber akhlak yang mulia. Takwa adalah jalan satu-satunya dalam memberantas kerusakan, kejahatan dan kemaksiatan. Bahkan takwa adalah rukun yang asasi dalam pembentukan jiwa dan akhlak seorang untuk menghadapi suka duka kehidupan, membedakan yang baik dan yang buruk dan sabar dalam menerima cobaan dan musibah.
Kemudian mustahil ketaqwaan dengan segala urgensinya dapat menjadi kekuatan energi ruhiyah para aktivis dakwah tanpa ada konsistensi dan kemampuan menjaga stabilitas amal yaumi secara progersif dan proporsional. Sebagaimana bensin, Kita mesti jadikan amal yaumi sebagai produk yang vital dalam aktivitas kita. “Dan kita harus ingat, jangan coba-coba menggantikan bensin dengan minyak tanah, solar atau bahan bakar lainnya. Atau kendaraan kita akan “mogok”. “Wah..gawat tuh”
Qul haq birobbiq falakumimminalmumtarin
Wallahualam bisshawab
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…


(catatan: tulisan ini waktu masih aktif di KAMMI Daerah Kalbar)

“KITA MAHASISWA FKIP”

“KITA MAHASISWA FKIP”
Oleh Imam Wahyudi
FKIP Untan Kampus favorit, primadona atau kampus unggulan dan bahkan kampus menjanjikan, barangkali sudah menjadi cerita yang sering kita dengar. Dengan segala kekhasan dan kekompleksitasannya, ternyata kampus FKIP mampu menarik perhatian banyak pihak. Hal ini mungkin yang menjadikan kampus FKIP, kampus rebutan para siswa lulusan sekolah menengah atas atau sederajat setiap tahunnya. Selain itu, ternyata masih banyak yang menjadi alasan. Tidak sedikit dari “oknum” mahasiswa yang memliki disorientasi atau penyimpangan orientasi. Masih banyak dari mereka memiliki tujuan yang sempit memilih kampus FKIP, bahkan ada paradigma yang salah memandang kampus FKIP dan tidak sedikit yang punya tujuan tidak jelas mengambil FKIP sebagai kampus pilihan. Namun demikian, masih ada dan akan tetap akan ada mahasiswa yang memiliki idealisme dan cita-cita besar atas perbaikan bangsa. Harapannya, kebijakan pemerintah beberapa waktu lalu yang menetapkan anggaran 20% penuh untuk dunia pendidikan yang memang telah menjadi amanah konstitusi bagi pemerintah, tidak sedikitpun menggeser motivasi mahasiswa dalam menuntaskan perubahan bangsa kearah yang lebih baik khususnya permasalahan dunia pendidikan. Ya…karena kita mahasiswa FKIP.
Kepada para mahasiswa…….
Mahasiswa, merupakan salah satu asset perubahan bangsa yang sangat signifikan dalam setiap perjuangan didalamnya. Sebutan ini menjadi lebih leluasa untuk melakukan berbagai aktivitas dalam menghiasi segala citra peradaban dimuka bumi ini. Banyak sebutan-sebutan lain yang disandangkan bagi mahasiswa, beberapa diantaranya seperti sebutan “Agent of change”, “Director of change”, “Creative minority”, “Agent of Social Control”, “Agent of Development”, “Iron stock leader” dan lain sebagainya.
Berbicara identitas Mahasiswa, maka tidak bisa kita pisahkan dari identitas Pemuda. Membicarakan mahasiswa berarti kita tengah membicarakan suatu kelompok masyarakat yang sesungguhnya memiliki peran sangat penting dalam dinamika sosial suatu masyarakat secara keseluruhan. Disebabkan oleh kualitasnya yang spesifik, tampil sebagai suatu lapisan masyarakat yang vocal, memiliki tubuh yang kuat, memiliki kemauan yang kuat, jujur, penuh semangat, berorientasi kedepan sehingga menjadi idealis, dan sebagai sebuah konsekuensi, mahasiswa memiliki suatu posisi sosial tertentu yang sangat independent dalam kehidupan social masyarakat.
Mahasiswa atau pemuda juga merupakan bagian dari makhluk sosial yang tidak bisa terpisahkan dari interaksi sosial sekitarnya. Manusia secara fitrah dan naluri menginginkankan sentuhan sosial untuk berbagai kebutuhan dasar kehidupan. Kesejahteraan, kecukupan hidup, rasa keamanan, perlindungan terhadap hak milik, dan hak asasi adalah contoh kebutuhan sosial yang tidak terelakkan. Manusia dimanapun tempatnya, dan apapun agamanya, senantiasa akan memerlukan interkasi sosial yang saling memberi, saling membantu dan saling memaafkan.
Kepada pewaris peradaban……….
Mahasiswa memilki semangat juang dan bergerak yang cukup tinggi, meskipun tantangan yang ada didepan mata juga tidak sedikit. Yang menjadi tantangan dan permasalahan adalah, banyak perubahan-perubahan sosial yang harus dihadapi oleh kaum muda atau mahasiswa dimana bertentangan dengan nilai-nilai yang diperjuangkannya. Dalam arus perubahan sosial yang semakin deras dan terus bertambah cepat, maka mahasiswa dihadapkan kepada problematika-problematika sosial yang juga tidak terpisahkan dengan problematika manusia. Inilah yang menjadi tugas berat para mahasiswa/pemuda dalam mewujudkan masyarakat yang madani dan kesejahteraan yang merata.
Wahai kalian yang rindu kemenangan……
Kontribusi efektivitas kerja mahasiswa/penuda dalam perubahan sosial di masyarakat dapat terlihat dari proses dan hasil kerja yang dijalankannya. Namun dalam prosesnya, lagi-lagi mahasiswa/pemuda harus berhadapan dengan realita yang ada dimasyarakat, dimana karakteristik yang dimiliki masyarakat kita saat ini cukup beragam, dan disinilah nilai lebih dari seorang pemuda dituntut, dimana harus mampu memahami kebutuhan setiap objek perubahan tanpa harus menentang dan menggurui. Disinilah pribadi-pribadi pemuda yang bersifat “Agent of Chenge” sangat dinantikan, karena setiap mahasiswa/pemuda haruslah menjadi teladan sebelum menjadi yang lainnya, dan bukanlah seorang hakim yang hanya bisa memvonis atau mengkritik.
Perubahan adalah suatu keharusan selama bumi ini masih diizinkan untuk terus berputar, sepanjang setiap makhluk masih bisa bergerak dan bernafas sepanjang itu pula perubahan akan terus terjadi. Namun dalam konteks perjuangan mahasiswa, perubahan tersebut harus kita tuntun agar tidak lari dari nilai-nilai yang kita rencanakan, yaitu nilai-nilai idealis yang mutlak sebagai solusi dalam setiap permasalahan social yang ada. Oleh karena itu peranan mahasiswa ataupun pemuda dalam perubahan sosial merupakan suatu keharusan. Pemudalah yang harus mengarahkan arus perubahan sosial ini kemana akan berjalan. Dan peradaban ini akan senantiasa memiliki harga diri jikalau pemudanya memiliki pribadi-pribadi unggul yang senantiasa dinamis dan produktif, tidak cukup hanya menjadi teladan untuk dirinya sendiri, tetapi harus senantiasa bergerak dan terus bergerak untuk orang lain (Abdullah”Reza”Silalahi).
Wahai kalian yang turun ke jalan……
Kampus FKIP, idealnya adalah tempat berkumpulnya para mahasiswa/pemuda generasi harapan bangsa yang akan menawarkan sebuah konsep perubahan bangsa yang diperhitungkan, lebih khusus terhadap permasalahan pedidikan negeri ini yang tidak kunjung berujung pada sesuatu yang lebih baik yang diharapkan dan di cita-citakan oleh masyarakat. Untuk itu, mahasiswa harus memiliki kualifikasi dan kualitas tertentu baik akademik, kepemimpinan, keorganisasian dan skil lain yang memang di butuhkan di negeri ini. Dan yang lebih penting peranan mahasiswa/pemuda harus dilibatkan sebagai motor penggerak perubahan. Tidak dipungkiri lagi, bahwa eksistensi pemuda/mahasiswa dalam kehidupan ini sangat penting, Merekalah yang memiliki potensi dalam mewarnai perjalanan sejarah ummat manusia hingga detik ini. Apabila mereka baik, maka akan baiklah kondisi bangsa serta terwujudnya kebaikan bersama, sebab mereka akan bangkit dan bersatu menunaikan tugas dan kewajibannya, baik secara individual maupun kolektif. Tidak kalah penting adalah peranan pemuda/mahasiswa dalam menyebarkan nilai-nilai idealisme dan perubahan. Karenanya Allah swt menganugerahkan kekuatan fisik (jasmani) dan ketajaman daya fikir yang jauh lebih ungul.
Hidup Mahasiswa !!!!!!!!!!

(catatan: tulisan ini waktu masih aktif di BEM FKIP)

Mahasiswa dan Cita-Cita Demokrasi

Mahasiswa dan Cita-Cita Demokrasi
Oleh Imam Wahyudi

Mahasiswa dan Demokratisasi Kampus
Seorang tokoh, Al- Chaidar dalam bukunya Reformasi Prematur pernah mengatakan bahwa, “MAHASISWA adalah sebuah struktur unik dalam tatanan masyarakat, politik maupun budaya. Mahasiswa adalah sentra sebuah peradaban, karena mereka adalah kumpulan pahlawan dan calon pahlawan, kumpulan ilmuwan dan calon ilmuwan, kumpulan negarawan dan calon negarawan, kumpulan perwira dan calon jendral. Dan karena mereka adalah kumpulan guru dan calon guru maka mahasiswa adalah segala-galanya.” Sangat gamblang bahwa ungkapan ini secara konteks kepemimpinan, maka peran dan fungsi besar Mahasiswa adalah sebagai Iron Stock, dimana Mahasiswa merupakan calon-calon pemimpin masa depan yang menjadi asset berharga suatu negeri yang perlu dipelihara supaya tumbuh berkualitas dan berkembang menjadi bunga-bunga bangsa. Karya-karya besar sudah banyak ditorehkan oleh para Mahasiswa dalam meluruskan arah perjalanan bangsanya.
Sistem otonomi daerah yang direalisasikan Negara merupakan implikasi dari sistem organisasi kemahasiswaan yang diatur secara desentralisasi, dan hal ini terlihat dari sistem pemerinthan mahasiswa di tingkat Universitas dan Fakultas. Hanya saja untuk kampus Universitas Tanjungura memakai pola negara Federasi di mana BEM Untan sebagai negara federal, sedang BEM-BEM Fakultas sebagai negara bagiannya. Pemilihan presiden dan kepala daerah secara langsung oleh rakyat pun merupakan hasil perjuangan Mahasiswa yang menjadi buah dari inisiatif para Mahasiswa yang berawal dari pemilihan langsung Presiden Mahasiswa. Selain itu, Pemilu sebagai wujud sistem demokrasi dalam mekanisme penyelenggaraan Negara pun berawal dari penyelenggaraan organisasi kemahasiswaan dengan mekanisme demokrasi. Maka sudah selayaknya kehidupan demokratisasi kampus menjadi suatu kultur yang mengakar disetiap diri Mahasiswa.
Kampus Negara Kecill
Kampus laksana sebuah Negara kecil yang lengkap dengan sistem pemerintahannya sendiri, maka sudah tidak asing lagi ketika mendengar istilah Presiden Mahasiswa, Menteri Departemen Mahasiswa, Kabinet Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Badan Legislatif Mahasiswa/Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), dan lain-lain. Sedangkan dalam alam demokrasi kampus, kita juga tidak asing dengan istilah Pemilu/Pemirama (Pemilihan Raya Mahasiswa), KPU/KPRM (komisi pemiihan raya mahasiswa), Panwaslu/Panwasram (panitia pengawas pemirama), KPPS/PPS (panitia pemungutan suara), Pemantau, Partai mahasiswa dan perangkat lainnya. Hal ini merupakan pembelajaran politik bagi para iron stock negeri ini sebelum mewarisi tanah airnya. Namun untuk menghidupkan Negara kecil itu dengan sistem pemerintahannya tidak akan bisa berjalan secara signifikan tanpa partisipasi dan legitimasi dari seluruh elemen kampus.
Dalam menikmati demokrasi kampus untuk menghidupkan Negara kecil itu yang terkhusus dalam hal ini adalah Pemirama, maka harus ada aspek-aspek penetrasi kekuasaan yang berawal dari penguasaan wacana publik, dimana seluruh masyarakat kampus yang terkait paham akan proses dan output dalam memainkan perpolitikan kampus serta adanya dukungan dan partisipasi didalamnya. Dan yang kedua harus diformulasikan wacana itu dalam draf hukum secara lengkap untuk dimenangkan dalam wacana legislasi melalui lembaga legislatif kampus yang terkait. Lalu yang terakhir dipastikan wacana legislasi itu dilaksanakan dan diterapkan dengan sempurna oleh DPM atau tim penyelenggara serta mendapatkan dukungan besar dari birokrasi kampus. Dan senantiasa harus melakukan evaluasi yang intens ditengah dan akhir perjalanan Pemirama. Pemirama merupakan proses demokrasi kampus yang perlu mendapatkan dukungan proaktif dari seluruh masyarakat kampus, maka kondisi perpolitikan dan mekanismenya pun harus lebih demokratis lagi sebagai konsekuensi dari makna intelektualitasnya. Walaupun dalam prosesnya dengan segala kebaikan demokrasi pasti akan mungkin terjadi juga berbagai keburukannya. Karena tidak semua pihak dalam proses Pemirama memiliki pemahaman, kesepakatan tujuan atau kepentingan yang sama, bahkan yang sering terjadi adalah memanfaatkan Pemirama ini untuk kepentingan individu atau kelompoknya.
Dalam Pemirama, sistem kepartaian Mahasiswa dianggap lebih bisa memperjuangakan segenap aspirasi Mahasiswa dan tentu saja bisa menjadi sumber pendidikan politik bagi anggotanya dan Mahasiswa secara umum agar menjadi Mahasiswa yang sadar akan hak dan kewajibannya. Karena partai Mahasiswa ini diharapkan bisa menjadi penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik Mahasiswa secara konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan institusi kampus, dan merupakan rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik institusi kampus melalui mekanisme demokrasi. Meskiun dalam realitanya, sistem kepartaian ini baru digunakan dalam pemirama tingkat universitas, dan tahun 2009 adalah tahun kedua sistem kepartaian digunakan, dan masih belum siap untuk digunakan pada seluruh tingkat fakultas kecuali beberapa kampus saja, misanya FISIP Untan. Dengan dinamika seperti inilah, gerakan mahasiswa dikatakan sebagai “Pilar ke-5 Demokrasi” selain eksekutif, legislatif, yudikatif dan pers sebagai simbolisasi informasi. ( Hariman Siregar, Gerakan mahasiswa : Pilar ke-5 Demokrasi ).

Dinamika Pemilu Legislatif
Pada 9 April 2009 lalu bangsa Indonesia telah bersama-sama menikmati pesta demokrai. Pemilu kali ini bisa di katakan lebih meriah dengan indikasi pada jumlah partai peserta pemilu yang mencapai 38 partai nasional dan 6 partai utusan daerah dibanding pemilu 2004 lalu dimana jumlah partai hanya 24 parpol. Pesta ini merupakan moment yang sangat “sakral” untuk mencari sosok-sosok wakil rakyat baik DPD, DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi maupun DPR RI untuk membawa negara ini pada perubahan yang signifikan diseluruh sektor dan sendi kehidupan masyarakat Indonesia umumnya dan Kalbar pada khususnya. Inilah moment pesta demokrasi akbar yang telah dilaksanakan serentak diseluruh daerah di Indonesia yang akan menentukan masa depan bangsa. Sejatinya pemilu adalah pesta yang dapat dirasakan oleh seluruh segenab penduduk negeri ini, meskipun dalam kenyataannya, menurut beberapa lembaga survei jumlah golput lebih dari 40%. Baik golput secara administrasi maupun golput ideologi. Angka yang cukup fenomenal. Belakangan banyak para tokoh politik nasional yang memvonis pemilu 2009 sebagai pemilu terburuk sejak masa reformasi. Baik KPU Pusat maupun daerah jadi bulan-bulanan para saksi partai maupun para caleg. Pemasalahan yang paling mencolok adalah carut marutnya daftar pemilih tetap (DPT), pendistribusian surat suara yang tertukar pada daerah pemilihan tertentu, KPPS yang kurang memahami kerjanya dan paraktik intimidasi dan maoney politik dari oknum partai maupun calon legislatif serta berbagai permasalahan lain yang terus di ekspos oleh barbagai media cetak dan elektronik, baik daerah maupun nasional. Harapan besar segala permasalahan pemilu legislatif 2009 menjadi pelajaran berharga bagi para penggrap pemilu, sehingga akan ada perubahan yang signifikan pada mekanisme penyelenggaraan pemilu Presiden dan Wakil Presiden 8 Juli 2009 mendatang.
Pasca pilleg (pemilu legislatif) 2009 suhu politik kian memanas. Manufer-manufer politik dari berbagai partai politik makin mendinamika. Partai politik mulai membangun koalisi untuk memenuhi quota 20 % kursi di DPR atau 25 % suara sah secara nasional hasil pemilu sebagai syarat mengajukan calon Presiden-wakil presiden dalam laga Pilpres 8 Juli mendatang. Hasil quick qount (perhitungan cepat ) dari berbagai lembaga survei juga membantu parati-partai besar untuk segera menentukan pilihan ”teman” koalisinya. Sebagian partai ada yang merapat ke partai enkamben, Demokrat (partai penguasa pemerintahan), sebagian ada yang merapat kepartai oposan, PDIP (partai oposisi pemerintahan) dan sebagian yang lain membangun koalisi antar partai-partai kecil. Masing-masing partai besar juga sudah mengajukan nama capresnya, seperti Partai Demkrat dengan SBY nya dan PDIP dengan Mega nya, sedangkan Partai Golkar yang pada awalnya masih terkesan seperti kurang PD (percaya diri) untuk dengan tegas mengajukan nama capresnya. Tarik ulur kesepakatan antara mengajukan capres atau cawapres menjadi perdebatan panjang di internal partai. Meskipun pada akhirnya Golkar mengusung JK sebagai capres sekaligus sebagai partai pertama yang telah menentukan pasangannya, yaitu Wiranto dari Hanura. Demokrat dan PDIP sendiri hingga pekan ke empat pasca pemilu belum juga menentukan pasangan dari masing-masing capresnya. Hal ini semakin menarik perhatian media untuk memeta-metakan pasangan capres-cawapres partai-partai tersebut.
Terlepas dari pembicaraan koalisi partai dengan dinamikanya, tentunya banyak kalangan sepakat bahwa masyarakat menaruh harapan besar pada para aktor demokrasi atau elit politik negeri ini agar lebih mengutamakan hak-hak rakyat sesuai amanah Undang-Undang Dasar 1945, bukan justru sibuk dengan urusannya sendiri dan kelompoknya atau bahkan ”berpragmatis ria” menggunakan jabatan untuk menyengsarakan rakyat. Sehingga koalisi yang dibangaun adalah koalisi yang bertujuan untuk mewujkan kesejahteraan rakyat dan membawa perubahan yang besar menuju perbaikan bangsa dan negara Indonesia tercinta.
Dinamika Pemirama Untan
Sepertihalnya pemilu legislatif, Universutas Tanjungpura juga menyelenggarakan pesta demokrasi, yaitu Pemirama Untan 2009. Berbeda dengan Pemirama tahun lalu, yang hanya di ikuti oleh 3 partai peserta pemirama yaitu Partai Intelektual Sejahtera (PIS), Partai Republik Mahasiswa (PRM) dan Partai Harapan Utama Mahasiswa (HARUM). Pemirama Untan 23 Maret 2009 lalu diikuti oleh 5 partai peserta Pemirama yaitu Partai Intelektual Sejahtera (PIS), Partai Republik Mahasiswa (PRM), Partai Harapan Utama Mahasiswa (HARUM), Partai Lingkar Kampus (PLK) dan Partai Nasionalis Mahasiswa (PNM). Pemirama Untan 2009 dimeriahkan oleh tiga pasang calon kandidat. Sedangkan hasil perhitungan menunjukkan kandidat nomor satu (Adit-Riza) jumlah suara 1.200, kandidat nomor dua (Andre-Karsina) jumlah suara 400 dan kandiat nomor tiga (Sutami-Anca) dengan jumlah suara 600.
Pemirama Untan 2009 bisa dikatakan berjalan dengan baik, meskipun menyisakkan sebuah pelajaran yang sangat berharga dengan segala permasalahannya. Selain adanya disorientasi kepentingan dari oknum mahasiswa terhadap proses Pemirama, ada beberapa penghambat pelaksanaan Pemirama seperti hambatan birokrasi, yang tidak sepenuhnya mendukung pelaksanaan Pemirama dengan berbagai pertimbangan. Hambatan lainnya datang juga dari dominasi gerakan Mahasiswa yang mengundur-undur agenda Pemirama karena mereka kehabisan stok kader pemimpin yang akan mengikuti pecaturan politik kampus. Selain itu praktek-praktek intimidasi dan premanisme juga masih mewarnai pesta demokrasi Untan.
Kemudian permasalahan KPRM pun tak luput diangkat, mulai dari komposisi utusan KPRM, SK yang di perlambat terbit, keputusan KPRM yang terkadang inkonstitusi dan tidak tegas hingga terjadinya ”tragedi” pembekuan 800 suara sah FKIP secara sepihak, banyaknya mahasiswa yang menjadi korban golput secara administrasi karena waktu pemungutan suara yang tidak sesuai dengan jumlah pemilih atau karena surat suara yang kurang di beberapa fakultas, sampai adanya oknum KPRM yang kurang bisa menjaga independensi kerjanya dan bahkan berupaya menghambat jalannya Pemirama. Dampaknya adalah adanya upaya untuk mendemarketing dan membubarkan KPRM atau menggagalkan Pemirama. Jadi yang diperlukan disini adalah konsistensi dari DPM untuk mengoptimalkan pelaksanaan Pemirama sesuai dengan undang-undang yang telah ditetapkan. Karena optimalisasi keterlibatan Mahasiswa dalam Pemira berawal dari keseriusan DPM dalam memaksimalkan rencana strategisnya.
Pesta Demokrasi FKIP Untan
Pada tanggal 12 Mei 2009, Mahasiswa FKIP Untan menikmati pesta demokrasinya kembali dengan memilih presiden dan wakil presiden BEM FKIP Untan secara langsung, serta DPM FKIP Untan dengan mekanisme utusan HIMA dan UKM. Meski belum menggunakan system kepartaian, setidaknya dua kandididat yang dinyatakan lulus verifikasi oleh KPRM ini mampu menciptakan dinamika politik kampus dengan tim-tim suksesnya, dan ini menjadi inisiatif cerdas untuk menghidupkan perpolitikan fakultas Berbeda dengan periode sebelumnya (08-09) dimana presma-wapresma ”naik” secara aklamasi karena kandidat tunggal, maka pemirama kali ini (09-10) di meriahkan oleh dua kandidat, sehingga masyarakat FKIP akan menikmati kembali pesta demokrasi sesunguhnya. Mahasiswa FKIP kembali dapat menggunakan hak pilihnya untuk menentukan pemimpin pemerintahan mahasiswa kedepan. Pesta ini sekaligus menjawab kekecewaan masyarakat FKIP atas tragedi terburuk pada pemirama Untan atas pembekuan 800 suara sah FKIP karena kepentingan oknum yang tidak bertanggungjawab. Sesuatu hal yang mungkin terjadi juga bahwa Pemirama ini akan menjadi guru bagi masyarakat umum. Berawal dari konsistensi DPM, pelaksanaan Pemirama akan berjalan dengan lancar. Karena hal ini sebagai magnet awal untuk menarik partisipasi aktif dari seluruh Mahasiswa dan para birokrasi Fakultas, selain itu kesuksesan Pemirama kuncinya berada pada dukungan seluruh Mahasiswa dan birokrasi fakultas dengan optimalisasi penguasaan wacana publik oleh para penggerak Pemirama.
Agenda besar ini harus diinternalisasikan dan diyakinkan kepada setiap himpunan program studi, unit kegiatan mahasiswa dan seluruh Mahasiswanya agar mengikuti dan kritis terhadap pelaksanaan Pemirama, termasuk Mahasiswa juga harus cerdas dalam memilih pemimpinnya agar tidak asal-asalan, dan harus dilandasi atas kesadaran dan pemahamannya terhadap sosok calon pemimpin yang dipilihnya, dan tidak berdasarkan atas kepentingan personal atau kelompok tertentu. Pemimpin yang bersih, berkualitas dan pro Mahasiswa merupakan karakter sosok pemimpin yang menjadi harapan bersama. Bersih perilakunya yang selalu mengedepankan akhlak terpuji, jujur dalam bergerak, dan setia pada idealismenya, lalu berkualitas yang berarti memiliki kompetensi baik dalam akademik dan keorganisasiannya serta strategi-strategi dalam membangunnya. Dan harus pro Mahasiswa, dimana dia mampu memahami dan merasakan segala permasalahan dan kebutuhan Mahasiswa, serta selalu ikhlas dalam memperjuangkan aspirasi Mahasiswa dan tidak terjebak pada penyakit pragmatis negatif yang mau bersikap mau bekarya kalau ada imbalannya.
Selain fungsi pelayanan, kedepan BEM FKIP Untan juga perlu mengoptimalkan peran pencerdasan politik mahasiswa. Kemudian yang tidak kalah pentinng adalah bagaimana BEM mampu menjadi inisiator bagi himpunan mahasiswa untuk mengoptimalkan peran akademi profesi sesuai bidang keilmunya. Kita berharap dengan peran ini akan melahirkan pemimpin bangsa yang mampu menjawab permasalahan bangsa yang kian kompleks dan sulit di berbagai sektor dengan kemampuan dan kapasitas sesuai dengan basic keilmuannya.
Catatan Penting Pesta Demokrasi Mahasiswa
Menurut Wayan Sohib dalam ayat-ayat demokrasi kampus, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para aktor demokrasi kampus dalam malaksanakan Pemirama agar bisa menjadi guru bagi masyarakat umum.
Pertama, memberikan pendidikan politik kepada masyarakat kampus sejak dini, agar Mahasiswa ”kupu-kupu” (kuliah-pulang kuliah-pulang) atau Mahasiswa ”kura-kura” (kuliah-rapat kuliah-rapat) tidak menjadi karakter bagi setiap diri anak kampus, serta supaya mereka cerdas berpolitik, memiliki prinsip dan ideologi sehingga tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Dalam hal ini pencerdasan yang dapat dilakukan adalah terkait dengan undang-undang KPRM (komisi pemilu raya mahasiswa), utusan anggota KPRM hingga peng SK anya. Kemudian tahapan pemirama hingga SK penetapan pemenangnya serta Sidang Umum (SU) Keluarga Besar Mahasiswa Untan sebagi pertanggungjawaban kepengurusan BEM untan kepada seluruh masyarakat kampus Untan.
Kedua, membuat sistem administrasi Komisi Pemilihan Raya Mahasiswa yang valid, lengkap, terpadu, efektif dan efisien. Mulai dari pendataan total jumlah Mahasiswa (pemilih), persyaratannya, pelaksanaan hari-H, sampai administrasi evaluasi pasca pemilihan hingga penetapan pemenang Pemirama. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan KPRM adalah penguasaan terhadap materi undang-undang Pemirama.
Ketiga, membentuk panitia pengawas independen, pemantau independen dan mengkondisikan partisipasi masyarakat kampus yang aktif untuk meminimalisir berbagai kecurangan dan menjadikan kampus sebagai prototype pencerdasan politik masyarakat dengan fair play.
Keempat, menghindari money politic, premanisme, violasi politik, ghost voter dan kecurangan-kecurangan politik lainnya untuk menghindari tindakan dan sikap yang dapat merusak status yang disandangnya, termasuk sikap hedonis-materialis yang banyak menyerang Mahasiswa.
Kelima, Pembuatan sistem evaluasi terukur, reliable, accountable dan transparan. Tidak hanya pemenang saja yang menjadi laporan akhir dalam evaluasinya, akan tetapi pengeluaran dana juga menjadi bahan evaluasi oleh Komisi Pemilihan Raya Mahasiswa dan para kontestannya, jumlah pemilih dan total Mahasiswanya, rasionya, dan lain-lain. Hal ini merupakan konsekuensi logis Mahasiswa yang harus tetap memiliki sikap kritis dan menjadi guru untuk masyarakat dengan bisa menelusuri permasalahan sampai keakar-akarnya.
Catatan Pribadi
Dari berbagai rangkaian pesta demokrasi yang panjang di atas tentunya akan banyak pelajaran yang dapat diabadikan menuju pendewasaan dan pencerdasan masyarakat akan hak dan kewajibanya terhadap negeri ini. Sejatinya demokrasi adalah sistem atau alat negara untuk mencapai kesejahteraannya. Ketika alat ini tidak juga membuahkan hasil atas cita-cita yang diharapkan, maka yang menjadi evaliuasi besar kita adalah apakah sistem/ alat ini yang salah atau pelaku/pengguna alat ini yang belum siap ”mengoperasikannya”. Jawaban ada pada orang-orang bijak dan orang-orang yang punya komitmen untuk terus berkontribusi baik sendiri maupun bersama mempersembahkan yang terbaik untuk negeri ini, mereka terus berjuang dan tak kenal kata henti, mereka yang punya keyakinan yang mendalam dan optimisme yang menggelora, mereka yang punya idealisme besar dan cita-cita yang agung untuk merekonstruksi negeri ini menuju negeri yang madani.
Penulis, Presma BEM FKIP Untan Masa Perjuangan 2008 – 2009.
(catatan: tulisan nie waktu masih jadi ket.BEM)

Kamis, 17 Maret 2011

ku bingung

ape yeeee....
sulit.....
bener-bener sulit tuk di ungkapin....
ape gi' musti pake kate-kate...
gini...
salah...
gitu....
juga salah...
ku pikir mang gak perlu di bahas...
biarkan...
and...
biarlah...
waktu yang kan menjawab...
pastinya...
suatu saat nanti...
yang di angan kan jadi cerita..
yang di kisah kan jadi drama...
meski...
gak pernah tau...
kapan semua jadi nyata...
yach....
sudah lah....
jalani apa yang ada...
sembari terus bersyukur...
untuk semua nikmat yang telah diberikan....

Rabu, 16 Maret 2011

Just try…

Just try…


Just try a moment……
Try to...
Get master scholarship